PBL-Project Based Learning

Project Based Learning atau PBL adalah salah satu metode pengajaran yang bisa dipakai dalam mengajar Sejarah.  Dalam kurikulum Midle Year Programme (MYP) dari International Baccalaureate (IB) dikenal istilah Area of Interaction (AOI), yaitu suatu pendekatan yang meminta agar pembelajaran  dapat menyenangkan dengan menggunakan berbagai metode salah satu metode yang digunakan adalah Project Based Learning.

Secara teknik, PBL adalah kegiatan pembelajaran yang menjadikan projek sebagai dasar dari kegiatan belajarnya. Projeknya bisa topik apa saja sesuai yang kita inginkan.  Dari yang sederhana misalnya topik tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Temanya  tentang Kepahlawanan Sang Proklamator: Sukarno-Hatta. Langkah-langkah kegiatannya, yaitu:  Pertama, menentukan tema: Kepahlawanan Sang Proklamator: Sukarno-Hatta.  Kedua,  membuat pertanyaan inti,dalam kurikulum MYP IB dikenal dengan Guiding Question, yaitu pertanyaan yang dapat menggambarkan seluruh kegiatan belajar yang berkaitan dengan projek yang akan kita laksanakan. Kita bisa cari atau kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang bagus lalu kita pilih satu.  Misalnya pertanyaan inti yang kita akan pakai: Bagaimana peranan Sang Proklamator Sukarno-Hatta dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia?  Ketiga, kita sebutkan hasil yang akan dicapai berdasarkan kriteria dalam kurikulum kita, yaitu bidang pengetahuan (kognitif), keterampilan (Psikomotorik) dan sikap (Afektif).  Contohnya, untuk pengetahuan: Siswa mampu menjelaskan peranan Sang Proklamator Sukarno-Hatta dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia.  Untuk keterampilan: Siswa dapat memerankan peran Sukarno-Hata dengan bermain drama dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.  Untuk sikap: Siswa dapat menghargai dan menghormati peranan Sang Proklamator: Sukarno-Hatta dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.  Keempat, buatlah jadwal waktu tahap demi tahap.  Minggu pertama,  jelaskan projeknya secara keseluruhan termasuk jenis penilaian yang akan digunakan. Bisa juga dilanjutkan dengan pembagian kelompok kerja sekaligus sistem pembagian kerjanya masing-masing individu maupun secara berkelompok. Minggu berikutnya, mencari informasi yang dibutuhkan baik dari buku-buku maupun dari internet. Lakukan seleksi informasi dengan hanya mengambil data-data yang memang akan digunakan untuk membuat naskah drama.  Dalam naskah harus dimasukan data-data kronologis seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia baik sebelum, saat, maupun sesudah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia  termasuk tokoh-tokoh yang terlibat khususnya peranan yang sangat besar dari Sukarno dan Hatta.  Minggu berikutnya latihan bermain peran yang kemudian puncaknya pada penampilan drama Sang Proklamator: Sukarno-Hatta.  Kegiatan terakhir, dilakukan penilaian  dalam bentuk penilaian oleh diri sendiri (self assessment), oleh teman (peer assessment) maupun oleh guru bidang studi.  Selanjutnya dilakukan refleksi tentang mana yang sudah baik dan mana yang masing perlu diperbaiki oleh diri sendiri dan oleh teman-teman yang lainnya.

PBL-Project Based Learning

 

Sukarno, sang orator ulung

Sukarno, sang orator ulung

Sukarno Muda
Sukarno Muda
Hatta, Bapak Koperasi

Hatta, Bapak Koperasi

 

Project Based Learning atau PBL adalah salah satu metode pengajaran yang bisa dipakai dalam mengajar Sejarah.  Dalam kurikulum Midle Year Programme (MYP) dari International Baccalaureate (IB) dikenal istilah Area of Interaction (AOI), yaitu suatu pendekatan yang meminta agar pembelajaran  dapat menyenangkan dengan menggunakan berbagai metode salah satu metode yang digunakan adalah Project Based Learning. 

 

 

Secara teknik, PBL adalah kegiatan pembelajaran yang menjadikan projek sebagai dasar dari kegiatan belajarnya. Projeknya bisa topik apa saja sesuai yang kita inginkan.  Dari yang sederhana misalnya topik tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Temanya  tentang Kepahlawanan Sang Proklamator: Sukarno-Hatta. Langkah-langkah kegiatannya, yaitu:  Pertama,  menentukan tema: Kepahlawanan Sang Proklamator: Sukarno-Hatta.  Kedua,  membuat pertanyaan inti,dalam kurikulum MYP IB dikenal dengan Guiding Question, yaitu pertanyaan yang dapat menggambarkan seluruh kegiatan belajar yang berkaitan dengan projek yang akan kita laksanakan. Kita bisa cari atau kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang bagus lalu kita pilih satu.  Misalnya pertanyaan inti yang kita akan pakai: Bagaimana peranan Sang Proklamator Sukarno-Hatta dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia?  Ketiga, kita sebutkan hasil yang akan dicapai berdasarkan kriteria dalam kurikulum kita, yaitu bidang pengetahuan (kognitif), keterampilan (Psikomotorik) dan sikap (Afektif). Lagi-lagi sekedar perbandingan,  kurikulum MYP IB bidang Humanities (IPS) menyebut empat kriteria, yaitu Knowledge (pengetahuan), Concepts (konsep-konsep), Skills (keterampilan-keterampilan) dan Organization and Presentation (mengelola dan menyampaikan informasi yang ada dengan cara yang terbaik). Contohnya, untuk pengetahuan: Siswa mampu menjelaskan peranan Sang Proklamator Sukarno-Hatta dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia.  Untuk keterampilan: Siswa dapat memerankan peran Sukarno-Hata dengan bermain drama dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.  Untuk sikap: Siswa dapat menghargai dan menghormati peranan Sang Proklamator: Sukarno-Hatta dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.  Keempat, buatlah jadwal waktu tahap demi tahap.  Minggu pertama,  jelaskan projeknya secara keseluruhan termasuk jenis penilaian yang akan digunakan. Bisa juga dilanjutkan dengan pembagian kelompok kerja sekaligus sistem pembagian kerjanya masing-masing individu maupun secara berkelompok. Minggu berikutnya, mencari informasi yang dibutuhkan baik dari buku-buku maupun dari internet. Lakukan seleksi informasi dengan hanya mengambil data-data yang memang akan digunakan untuk membuat naskah drama.  Dalam naskah harus dimasukan data-data kronologis seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia baik sebelum, saat, maupun sesudah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia  termasuk tokoh-tokoh yang terlibat khususnya peranan yang sangat besar dari Sukarno dan Hatta.  Minggu berikutnya latihan bermain peran yang kemudian puncaknya pada penampilan drama Sang Proklamator: Sukarno-Hatta.  Kegiatan terakhir dilakukan penilaian  dalam bentuk self (oleh diri sendiri) dan peer (oleh teman-teman) assessment maupun oleh guru bidang studi.  Selanjutnya dilakukan refleksi tentang mana yang sudah baik dan mana yang masing perlu diperbaiki oleh diri sendiri dan oleh teman-teman yang lainnya.

 

Sang Proklamator:Sukarno-Hatta

Sang Proklamator:Sukarno-Hatta

 

Cara Mudah Mengajar Sejarah

Untuk mengajar bidang studi Sejarah di SMP ataupun SMA telah dikenal beberapa teknik pengajaran. Modelnya cuma dua, yaitu model tradisional dan model multidimensional.
Dalam model tradisional, guru merupakan sentra dari semua aktivitas kegiatan belajar siswa. Metode-metode pengajarannya seperti ceramah, mencatat, menghapal, dan diakhiri dengan ulangan. Untuk model multidimensional, guru bukan sentra dari semua kegiatan belajar siswa. Guru dalam model ini bisa sebagai pelatih (coach), yang me manage (manager) dan yang mengawasi (supervisor). Metode yang digunakannya pun multi method tergantung pada kebutuhan guru. Mulai dari project base learning, penggalian (digging), eksplorasi, investigasi, presentasi, studi dokumen, ceramah, diskusi, pembuatan film (film making), dan lain-lain. Model pembelajaran sejarah multidimensional ini bukan hanya menarik tetapi sangat mudah dilaksanakan oleh guru.  Sekarang pertanyaannya, apakah guru yang mengajar Sejarah sudah tahu metode-metode yang akan dipakai seperti yang disebutkan di atas?

Apa Yang Kita Cari Dengan Belajar Sejarah?

test

Anak-anak kelas 7 bersiap untuk mengadakan digging (penggalian) di suatu lokasi arkeologi yang merupakan hasil rekayasa dalam kegiatan belajar Sejarah

Pernyataan di atas sangat sederhana, bukankah  begitu jawaban pintas dipikiran kita.  Pertanyaan kedua barangkali, “Untuk Apa Kita Belajar Sejarah?”. Jawaban kitapun hampir sama, kira-kira begini,” Sejarah kan sudah masa lalu. Kenapa lagi kita membicarakannya.  Biarlah ia tertimbun kepingan demi kepingan masa lalu kita.  Biarlah ia terkubur sedalam-dalamnya nun jauh disana seiring dengan jalannya waktu kehidupan. Tinggalkanlah masa lalu.  Lihatlah ke depan dan ke depan.  Jangan lihat ke belakang. Itu namanya kemunduran.”  

Pertanyaan-pertanyaan  di atas sebenarnya pernah saya tanyakan ke dosen saya waktu kuliah di Jurusan Sejarah IKIP Jakarta lima belas tahun lalu. Waktu itu sedang belajar Filsafat Ilmu.  Dosennya bernama DR.Johan Makmur, sekarang sudah almarhum, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah S.W.T., amien.  Beliau menjelaskan bahwa Sejarah itu terikat dengan tiga dimensi waktu. Dulu, Sekarang dan Akan Datang.  Kalau hanya masa lalu saja, katanya lagi, itu bukan sejarah. Ya waktu yang sudah berlalu. Tidak ada artinya lagi memang.   Bersambung…

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!